Berita & Media

BERITA TERKINI

Edukasi Asuransi Kepada Masyarakat


Prof. Dr. Gede Sri Darma. ST, MM -
Anggota BPA DP VIII (Bali & Nusa Tenggara)

Perusahaan asuransi asli Indonesia yang berusia seratus tahun, ini harus di berikan appreciate yang besar, tidak ada satu pun perusahaan yang didirikan orang Indonesia asli mampu bertahan sampai usia tersebut. Bahkan perseroan yang hanya dimiliki beberapa pemegang saham bisa hancur lebur karena manajemen yang buruk. Bumiputera dengan jutaan pemegang saham berhasil mencapai usia seratus tahun, itu patut diacungi dua jempol.Kalimat tersebut diucapkan seorang Profesor Ilmu Manajemen termuda di Indonesia , Prof. Dr. Gede Sri Darma, ST, MM. yang juga adalah anggota Badan Perwakilan Anggota (BPA) Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 untuk periode 2011-2014. Redaksi menyempatkan diri bertatap muka dengan alumni Paska Sarjana Universitas Gadjah Mada ini, berikut beberapa pemikiran yang berhasil dirangkum.

Asuransi pada awalnya tidak menjadi pemikiran Rektor termuda dan Profesor (guru besar) termuda versi MURI tahun 2008 ini. Prof. Sri Darma mengaku orang tuanya lah yang pertama kali mengasuransikan dirinya. "Saya kenal asuransi baru ketika saya sekolah di Australia, disana semua kebutuhan saya disediakan oleh asuransi, mulai dari rumah sakit, dokter gigi dan semuanya, ketika saya pulang langsung mencari asuransi yang bagus di Indonesia," ujar Deklarator Barisan Anti Narkoba Indonesia (BANI) di tahun 2007 ini.

Asuransi menurut Prof. Sri Darma adalah bekal hidup masa depan, ketika seorang mulai menyadari bahwa hidup itu penuh resiko, baru mereka mulai berpikir tentang asuransi. "Perubahan itu kekal, masa depan itu tidak pasti, harus dilindungi," tekannya. Ia juga menambahkan bahwa masyarakat Indonesia sebagian besar belum Insurance Minded.

Dosen Teladan Universitas Pendidikan Denpasar tahun 2000 ini mengatakan bahwa pemerintah berperan besar dalam memberikan edukasi tentang asuransi kepada masyarakat luas. Selama ini masyarakat ikut berasuransi karena melihat iklan di majalah. "Bertambahnya pengetahuan saja sudah baik, apalagi ketika pengetahuan tersebut menyadarkan bahwa mereka butuh asuransi, maka prospek kedepannya masih sangat baik," ujar pria kelahiran 18 Februari 1969 ini.

"Selain itu harus disesuaikan dengan daya beli masyarakat, jadi harus ada produk yang murah supaya mereka bisa ikut," tambahnya. Prof. Sri Darma mengaku bahwa melindungi masa depan membutuhkan biaya, namun dengan menyisihkan sedikit dari pendapatan ditambah dengan disiplin maka ia yakin bahwa kehidupan akan lebih baik.

Rektor Undiknas Denpasar periode 2009-2014 ini menganggap disiplin dan kemauan keras untuk belajar menjadi kunci suksesnya hingga sekarang ini. "Kakek saya veteran RI, atasan orang tua saya militer, jadi cara mendidik anaknya pasti disiplin. Saya juga belajar di sekolah Katolik yang tegas, jadi disiplin sudah membentuk karakter saya dari kecil," kenang penyabet tiga medali emas Kejurda Pencak Silat Perisai Diri Denpasar ini.

Bercita-cita menjadi kontraktor sukses, jalan karir dan pendidikannya mengarahkannya menjadi pengajar, sehingga ketika selesai sekolah, ia langsung melamar jadi dosen hingga akhirnya sekarang menjadi rektor. "Namun, mengelola universitas itu hampir sama seperti menjadi pengusaha, bagaimana mencari mahasiswa, mencari dana untuk kelangsungan proses belajar mengajar, sangat mirip," ujar pria 42 tahun ini.

"Sekarang ini obsesi saya hanya menikmati hidup, mengembangkan kampus. Jalani hidup dengan benar, berbuat baik dan berusaha menjadi panutan bagi semua orang, itu saja," tutup Anggota BPA asal Denpasar ini. ***dewi/edo

 

 

Kembali ke halaman sebelumnya

 

Kembali ke atas