Berita & Media

BERITA TERKINI

Ir. Azzam Rizal,M.Eng, Direktur Utama PDAM Tirtanadi, Medan


PDAM Tirtanadi - Rancang Program Kesejahteraan Pegawai Bersama Bumiputera

Apa yang paling dibutuhkan manusia di dunia ini? Terlepas dari status sosial mereka, sekaya apapun ia, semisikin apapun. Setiap manusia pasti butuh air. Air adalah kebutuhan dasar manusia sehari-hari. Air diperlukan untuk minum, mandi, sampai bersih-bersih. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa fungsi air tidak tergantikan oleh apapun.

Ir. Azzam Rizal, M, Eng, Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Medan, bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat kota Medan dan sekitarnya. Insinyur arsitek ini mengawali karir di PDAM mulai dari lapangan. Soal pengalaman pengadaan air, ia jagonya. Ketika air mati dua hari saja banyak komplain masuk, wartawan datang. Itulah saat-saat yang menantang baginya.

Selain memikirkan air untuk warga Medan dan sekitarnya, pria ini sangat konsen memikirkan kesejahteraan karyawan yang bekerja di lingkungan PDAM Tirtanadi. Mulai dari kesejahteraan pegawai selama masa produktif, hingga kesejahteraan masa pensiun mereka nanti. Caranya? PDAM Tirtanadi mempercayakan kesejahteraan karyawannya kepada Bumiputera melalui program pensiun.

Kerjasama PDAM Tirtanadi dengan Bumiputera telah terjalin sebelum tahun 1991 dan sempat putus nyambung. Di penghujung 2012 ini, kerjasama diperbarui dengan penyempurnaan disana sini. Dulu, Direktur Utama Bumiputera juga pernah duduk sebagai anggota Badan Perwakilan Anggota (BPA).

Di temui di ruang kerjanya, pria asli Medan ini bercerita banyak hal tentang planingnya memajukan PDAM Tirtanadi. Seperti apa renacanya untuk mensejahterakan pegawainya? Secara detil, pemegang polis Bumiputera ini menceritakannya kepada Primra Fakhda dari redaksi Mutual, di dampingi tim Bumiputera Wilayah Medan yang dipimpin oleh Masnawi, Kepala Wilayah Medan, bersama Hairudin Harun, BE, Kepala Cabang Askum, Nurul Warapingka, PRO Wilayah Medan.


Hanya kenal Bumiputera

Menurut Azzam ada dua pandangan tentang asuransi. Pertama dari segi agama, artinya kita perlu mempersiapkan segala sesuatunya untuk orang yang akan kita tinggalkan di dunia ini jika sewaktu-waktu harus meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. Kedua sebagai proteksi diri, jika suatu ketika kita membutuhkan biaya yang tidak terduga "Intinya apapun yang terjadi, jangan sampai kita meninggalkan orang yang kita cintai dan tidak menyusahkan orang lain, di sini sangat dibutuhkan asuransi," prinsipnya. "Saya hanya kenal Bumiputera saja. Saya pemegang polis Mitra Cerdas Bumiputera untuk anak saya yang kini baru berusia 4 tahun, Banyak pegawai kami yang masuk asuransi pendidikan anak secara individu." Kata Azzam karena PDAM Tirtadai menerima gaji 18 kali dalam ssetahun yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan diluar kebutuhan pokok sehari-hari, termasuk asuransi. "Setiap dua bulan ada satu bulan yang bisa dianggarkan untuk asuransi. Olah saja yang 6 bulan itu, lumayan juga kan?"

Kenapa Bumiputera? "Pertama lihat perusahaan dulu. Perusahaan ini bagaimana, setelah itu lihat produknya, bagus tidak, lihat keuntungannya. Ada hitung-hitungan pasti dan hitung-hitungan tidak pasti. Maksimum sekian, minimum sekian."


Kesejahteraan Masa Pensiun

Pengalaman yang kurang menyenangkan dengan asuransi lain menurut Azzam pernah dialaminya adalah asuransi kesehatan. Terutama ketika mau masuk rumah sakit. Prosedurnya rumit. Kemudian, manajemen memutuskan untuk mengelola kesehatan karyawan sendiri, terbatas untuk karyawan yang masih produktif.

"Kami ingin Bumiputera mengcover asuransi untuk usia pensiun. Kami bayar sekarang, manfaatnya nanti ketika kami pensiun. Karena kami pernah membayarkan biaya pengobatan pensiun menjadi temuan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Hal ini tidak diizinkan," Azzam mengharapkan Bumiputera bisa memenuhi harapan para pensiunan mereka.

Lebih lanjut Azzam mengatakan Saya ingin jika pegawai kami datang ke rumah sakit, langsung masuk saja dengan hanya menyebutkan pegawai PDAM Tirtanadi. Tidak ditanya-tanya kartu dan macam-macam persyaratan. Karena bisa dimaklumi bahwa ketika sakit orang tidak ingat membawa kartu lagi, bawa2 kartu lagi, ke rumah sakit itu pakai sarung aja. Langsung masuk,

Dengan mempercayakan program kerjasama kesejahteraan karyawan PDAM Tirtanadi kepada Bumiputera, Azzam berharap para pegawai bisa mengambil manfaat pensiun ketika memasuki MPP (Masa Persiapan Pensiun), usia 55 tahun.
Sehingga mereka mempunyai waktu satu tahun untuk mempersiapkan aktivitas pensiun. Dana pensiun yang mereka terima dari Bumiputera itu bisa digunakan untuk merancang pekerjaan ketika memasuki masa pensiun setahun berikutnya. "Selama ini, mereka tidak mempersiapkan pensiun dengan baik, hari ini masih kerja, besok pensiun mereka bingung." Terangnya.

Selama ini yang pensiun kegiatannya apa? "Ada yang pensiun nikah lagi, yang nggak nggak saja." Candanya. Selama ini mereka yang pensiun belum ada persiapan sama sekali. "Saya selalu ingatkan cobalah rencanakan kalau pensiun nanti mau kerja apa. Kadang2 ada yang datang kesini, jualan, saya kan sedih juga, bisa jadi nanti kita seperti itu juga." Ucapnya.

"Bahkan, ada pegawai kami sampai pensiun belum punya rumah. Makanya saya selalu mengusahakan dan menasehatkan mereka untuk memikirkan rumah sejak dini. Ada yang jual rumah, ada bank yang menawarkan rumah tapi tidak kalau pakai uang muka tidak bisa. Asal tidak pakai uang muka apapun bisa," candanya.
Sosialisasi asuransi di lingkungan PDAM Tirtanadi nampaknya cukup berhasil. Mereka percaaya asuransi bisa untuk mewujudkan kesejahteraan pegawai asalkan pimpinannya mendukung. Buktinya? "Sekarang saya diskusikan apakah uang natural (kacang ijo, lauk-pauk) ditambahkan ke asuransi? Mereka setuju," Terang Azzam.

Program kesejahteraan karyawan kerjasama ini, nampaknya mampu bisa mendorong semangat karyawan. Mereka yang berusia 40 tahun ke atas, memikirkan masa depan, sementara 40tahun ke bawah memikirkan saat ini. "Kenapa tidak dimasukkan ke gaji sekarang?" Cerita Azzam. Ia menyampaikan bahwa asuransi ini adalah investasi masa depan. "Kami ingin ada asuransi kesehatan untuk masa pensiun. Karena biaya kesehatan pada masa pensiun lebih besar, banyak yang sakit pada usia pensiun." Tambahnya.

 

 

Primra Fakhda & Nurul Warapingka

Kembali ke halaman sebelumnya

 

Kembali ke atas