Berita & Media

BERITA SELEBRITI

Moza Pramita Presenter&Penyiar Radio


Penjelasan Asuransi Harus Didasarkan Logika dan Fakta    

Kenal Bumiputera?

Ditanya seperti itu, Moza Pramita yang dikenal sebagai presenter TV, menjawab sigap. "Kenal donk. Kalau sampai ada yang tidak kenal Bumiputera, itu orang hidupnya ngapain aja? Orang bisa belajar dari mana-mana kan?"ujarnya."Saya beruntung mengenal Bumiputera dan saya melihatnya sebagai kekuatan yang besar sekali. Agennya banyak, kantor cabangnya banyak, dan pemegang polisnya banyak sekali," tambahnya.

Menurutnya, setiap orang mestinya mengetahui dan memahami asuransi secara lengkap dan utuh. Jangan hanya tahu baiknya saja, atau buruknya saja. "Masih ada orang yang masuk asuransi karena ditawari agen, ditarik-tarik, atau dikejar-kejar sampai akhirnya tidak kuasa menolak. Padahal, setiap individu harusnya mengerti asuransi yang mereka butuhkan.Ketika membeli asuransi kesehatan misalnya, jangan ambil yang terlalu besar, atau terlalu kecil."

Moza Pramita adalah seorang ibu rumah tangga dan presenter yang cerdas. Kiprahnya di dunia entertainmen yang telah membesarkan namanya tidak perlu diragukan. Di luar itu, kami mencoba bicara soal asuransi dengan ibu dari Malik (5) dan Akma (2,5)yang telah insurance minded sejak lama.

Ingin tahu komentar Moza tentang asuransi dan Bumiputera lebih banyak lagi? Ikuti perbincangan kami.

After Sales Service

"Selain produk bank, kebetulan saya mengerti benar soal asuransi. Sebelum memilih produk, saya tak segan bertanya berkali-kali, bahkan sampai petugasnya capek menjelaskan. Karena setiap nasabah berhak untuk tahu," demikian Moza yang tidak suka orang yang cuma jualan, setelah itu selesai. Jika seperti itu, "Saya akan habisin itu orang," sambarnya cepat, berapi-api. Ini karena, menurut Moza, selain menjual, asuransi harus bertanggung jawab atas pelayanan dan maintenance nasabahnya. "Banyak perusahaan asuransi atau bank yang ambruk karena mereka tidak memperhatikan after sales service," tambah Moza.

Di samping itu, teknik pemasaran juga tak kalah penting diperhatikan sedemikian rupa, agar mempermudah nasabah. Asuransi hendaknya disatukan dengan penjualan produk lain. Seperti penjualan tiket pesawat atau pembayaran tol. "Sering kali, sesuatu yang sudah kita bayar, ditagih lagi untuk asuransi," ungkap Moza yang merasa sistem pembayaran yang terpisah-pisah sangat mengganggu nasabah dan membuat kesal.

"Mungkin ini hal kecil, tapi harus diperhatikan." Moza yang menyarankan agar perusahaan asuransi menjalin kerjasama dengan pihak pemberi jasa lain. Karena keputusan asuransi akan lebih efektif jika di implementasikan ke dalam sistem itu sendiri, tidak terpisah. Hal ini untuk menghindari dua kali tindakan untuk hal yang sama.

Sempat Kesal

Kejadiannya pasca Moza melahirkan. Identitas Moza yang tercatat di rumah sakit jatuh ke tangan para agen asuransi. "Ibu Moza, selamat ya atas kelahirannya, ibu tidak tertarik mengasuransikan anak ibu?" Moza menggerutu, "Siapa yang tidak tertarik" Moza kesal karena harus menerima telepon yang sama dari agen yang berbeda hampir setiap jam di sela kesibukannya mengurus bayi.

"Kalau seperti itu, biasanya saya tutup teleponnya. Masih sakit pasca melahirkan, harus menyusui bayi pula," gerutu Moza, lantaran agen tidak memperhatikan waktu, situasi dan kondisi calon nasabah.

Suatu ketika Moza bertemu teman lamanya, yang ternyata telah menjadi agen asuransi. "Baru ngobrol, eh, dia langsung minta nomor telepon rekan sejawat saya di TV. Kan gak enak banget situasinya. Tapi itu yang terjadi," keluhnya.

Menurutnya, jika asuransi dipasarkan pada timing yang tepat, pasti bisa menarik dan membuka pikiran orang, bahwa mereka butuh asuransi. Moza mencontohkan, ketika pasangan hendak menikah atau pada saat penyuluhan pra nikah. "Kan enak tuh dengerinnya." Hal ini, kata Moza, untuk mencegah calon nasabah antipati duluan.

Moza menghimbau agar para agen asuransi lebih bijak mendekati calon nasabah. Mereka hendaknya banyak belajar tentang Human Resources dan Human Interest. "Bagaimana approach orang yang enak, cara membaca situasi dan mood orang, public speaking dan lainnya." Karena semua itu, kata Moza, merupakan bagian dari marketing.

,b> Praktis Lebih Disenangi

Moza menyebut asuransi pendidikan sebagai investasi untuk pendidikan. Namun, apapun jenis asuransinya bagi Moza yang paling dibutuhkan masyarakat adalah kemudahan. "Tidak bisa tidak. Ketika di rumah sakit milsalnya, dengan hanya menyodorkan kartu asuransi harusnya nasabah langsung dilayani. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Nasabah harus membayar terlebih dahulu, kemudian reimburst ke asuransi dengan sederet persayaratan. Kan ribet banget. Itu yang bikin orang bete," protesnya.

Moza membandingkan pengalaman ia dan suami di luar negeri. Di Amerika, nasabah cukup menunjukkan kartu asuransi untuk mendapatkan fasilitas dan perawatan rumah sakit. Pasien hanya diminta menandatangani sejumlah berkas ketika meninggalkan rumah sakit. Urusan selanjutnya, rumah sakit akan menghugungi perusahaan asuransi untuk klaim. "Nasabah tidak perlu repot dan tidak perlu keluar uang cash," cerita isteri dari Panca - seorang pengusaha yang lama berdomosili di Amerika.

Promosi dan Edukasi

Moza menyarankan agar Bumiputera memiliki sarana promosi asuransi yang bersifat edukatif dengan memasarkan asuransi ke sekolah. Menciptakan produk asuransi yang bermanfaat bagi guru, murid, dan orangtua sekaligus dalam satu paket. "Jika pihak sekolah setuju, hasilnya pasti lumayan, karena muridnya kan banyak," kata Moza.

Menurut Moza, kebanyakan perusahaan mengadakan promosi dengan menggelar musik atau acara yang sifatnya high profile yang pastinya memakan biaya yang tidak sedikit. Tidak ada salahnya, Bumiputera mencari dan menciptakan acara promosi yang segmennya lebih banyak.

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, menurut Moza, setiap acara promosi harus di laksanakan secara kontinyu, jangan hanya sekali-skali. "Tidak ada orang yang di jelaskan asuransi hanya sekali, langsung mengerti, harus berkali-kali."

Agen, dalam hal ini harus menjelaskan dari sisi kebutuhan nasabahnya, bukan program yang sudah ada di otak si Agen. "Berikan semua informasi tentang asuransi. Cara kerjanya, duitnya diapain, pokoknya semua," Moza berbagi trik.

Meski suaminya pernah kuliah dan tinggal cukup lama di Amerika, pasangan ini tidak lantas asing minded. Moza memandang asuransi asing tidak lebih baik dibanding lokal. "Asuransi asing itu lebih kepada prestise. Sebenarnya mereka gak bagus-bagus banget. Obama aja dalam pidatonya pertama kali dia akan merevisi system asuransi kesehatan di Amerika. Artinya, ada yang gak benar dalam system tersebut," katanya.

Contoh lain, kajatuhan sebuah perusahaan asuransi terbesar di dunia, sehingga harus di-bail out pemerintah. Dan bagaimana protes rakyat Amerika ketika uang bail out itu digunakan untuk membayar bonus. Jadi, prestise bukan jaminan suatu asuransi itu bagus. Semuanya harus dijelaskan dengan logika dan fakta.

Masyarakat harus diedukasi, kenapa Bumiputera kantornya banyak, dan kenapa preminya murah. Ketika semuanya sudah jelas, maka logikanya akan jalan. "Selama 98 tahun ini Bumiputera melewati semuanya dengan baik, tanpa ada kesulitan berarti, tanpa gagal membayar klaim," lanjut Moza yang mengakui bahwa tidak mudah membuat orang percaya pada asuransi. Apalagi jika ia punya pengalaman yang tidak baik.

"Bumiputera harus membangun dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Ketulusan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan masyarakat sangat penting." Moza mengakhiri pembicaraan. 

Primra Fakhda/ Edward

Kembali ke halaman sebelumnya

 

Kembali ke atas